karinding adalah nama alat musik tiup tradisional
sunda. Alat ini bisa terbuat dari bambu atau pelepah enau/aren/kawung.
Karinding dimainkan dengan cara ditiup sambil dipukul-pukul menggunakan jari
dan menghasilkan suara dengan frekuensi rendah dan lemah. Menurut beberapa sumber,
karinding dulunya memiliki beberapa fungsi, seperti mengusir hama di lahan
pertanian, atau simbol percintaan para remaja, atau simbol kedewasaan. Fungsi
karinding sebagai pengusir hama merupakan fungsi yang paling banyak dituliskan
di berbagai sumber. Lho kok bisa alat musik
ngusir hama?? begini ceritanya: Karinding menghasilkan suara
berkarakter low decibel dan juga menghasilkan frekuensi
ultrasonik yang tidak bisa didengar oleh
manusia. Namun, ternyata suara ini mengganggu
wereng, belalang, dan hama-hama di lahan lainnya. Karena merasa
terganggu oleh frekuensi ultrasonik ini, maka mereka pun akan pergi
meninggalkan lahan. Oleh karena itu, dulunya karinding merupakan alat musik
buat iseng-iseng para petani di lahan. Naah, temen-temen kebayang ga tuh jaman
dahulu kala masyarakat sunda sudah bisa menciptakan alat musik berfrekuensi
ultrasonik yang bisa mengusir serangga. Keren kaan??
Sementara itu, sumber lain menyebutkan karinding juga berfungsi
sebagai simbol percintaan, dan simbol kedewasaan. Fungsnding adalah nama alat musik tiup tradisional sunda. Alat ini bisa
terbuat dari bambu atau pelepah enau/aren/kawung. Karinding dimainkan dengan
cara ditiup sambil dipukul-pukul menggunakan jari dan menghasilkan suara dengan
frekuensi rendah dan lemah. Menurut beberapa sumber, karinding dulunya memiliki
beberapa fungsi, seperti mengusir hama di lahan pertanian, atau simbol
percintaan para remaja, atau simbol kedewasaan. Fungsi karinding sebagai
pengusir hama merupakan fungsi yang paling banyak dituliskan di berbagai
sumber. Lho kok bisa alat musik
ngusir hama?? begini ceritanya: Karinding menghasilkan suara
berkarakter low decibel dan juga menghasilkan frekuensi
ultrasonik yang tidak bisa didengar oleh
manusia. Namun, ternyata suara ini mengganggu
wereng, belalang, dan hama-hama di lahan lainnya. Karena merasa
terganggu oleh frekuensi ultrasonik ini, maka mereka pun akan pergi
meninggalkan lahan. Oleh karena itu, dulunya karinding merupakan alat musik
buat iseng-iseng para petani di lahan. Naah, temen-temen kebayang ga tuh jaman
dahulu kala masyarakat sunda sudah bisa menciptakan alat musik berfrekuensi
ultrasonik yang bisa mengusir serangga. Keren kaan??
Alunan suara yang dihasilkan dari getaran sembilu kawung yang pipih itu mampu merasuk sukma Sekarwati. Akhirnya Kalamanda pun bersanding dengan gadis idamannya itu. Kalamanda menamai alat ciptaannya itu sekenanya saja, yakni Karinding. Wilayah Cineam ketika itu masih berupa rawa-rawa.
Alunan suara yang dihasilkan dari getaran sembilu kawung yang pipih itu mampu merasuk sukma Sekarwati. Akhirnya Kalamanda pun bersanding dengan gadis idamannya itu. Kalamanda menamai alat ciptaannya itu sekenanya saja, yakni Karinding. Wilayah Cineam ketika itu masih berupa rawa-rawa.
Di lingkungan seperti itu, hidup binatang sawah kakarindingan. Masyarakat di sekitar
pesawahan menyukai binatang itu karena bentuknya lucu. Tentu saja sang gadis
pujaan termasuk yang menyenanginya juga. Dengan spontan, Kalamanda menyebut
alat musik yang dibuatnya dengan Karinding. Para pemuda lalu mengikuti jejak
Kalamanda.
Naah, itulah tadi sekilas tentang karinding. Gmana? makin tertarik
kah teman-teman untuk melestarikan budaya kita? Jangan sampai karinding punah
ya, dan minimal kita harus tahu apa itu karinding. Karena, konon katanya,
karinding itu sudah menjadi koleksi museum di Jepang. Masa jepang tau kita
engga? payah kan? Jadi, tetaplah mupusti seni
tradisi, karena itu adalah ciri pribadi Sajati
*departemen kajian budaya
gentra kaheman 2011, sumber: internet, wikipedia, banyak lah, asal mau nyari. ;;;;)
i yang satu
ini berasal dari desa Citamiang, Tasikmalaya. Disini, meniup karinding seperti
lompat batu di pulau Nias. Mereka yang sudah bisa memainkan karinding dianggap
sudah dewasa. Selain itu, konon dulunya karinding juga berfungsi memikat hati
wanita. Setiap karinding memiliki frekuensi yang berbeda, dan cara meniup
setiap orang pun berbeda. Maka, para wanita dahulu bisa mengenali kedatangan
kekasih hatinya dari suara karinding yang ia mainkan. So sweet ya? haha
Di atas sudah dijelaskan bahwa karinding terdiri dari dua jenis,
yang terbuat dari pelepah kawung dan bambu. Bedanya apa?? Jadi begini,
karinding yang terbuat dari kawung berasal dari daerah Tasikmalaya. Karinding
ini juga dinamakan karinding laki-laki, karena memang untuk dimainkan para
laki-laki. Bentuknya yang pendek membuat karinding ini mudah diletakkan di
wadah tembakau. Sedangkan karinding satu lagi yaitu karinding bambu biasa
dimainkan para wanita. Bentuknya yang tajam dan panjang membuatnya mudah
ditancapkan di rambut.
Emang asal mulanya karinding
itu darimana sih?? Jadi, Berdasarkan Kamus
Ensiklopedi Sunda, alat musik tradisional Karinding ternyata lahir karena cinta.
Konon, Kalamanda jatuh hati setengah mati kepada seorang putri menak,
Sekarwati. Ketika itu, orang tua si remaja putri yang dari kalangan bangsawan
memagari ketat anaknya. Mereka dipinggit.
Kalamanda gelisah. Sudah sekian lama ia memendam rasa cintanya
kepada Sekarwati. Akhirnya terbetik dalam benaknya membuat alat untuk
berkomunikasi. Dari pelepah nira atau kawung, Kalamanda membuat sebuah waditra, yang kini dikenal dengan nama Karinding.
Alunan suara yang dihasilkan dari getaran sembilu kawung yang pipih
itu mampu merasuk sukma Sekarwati. Akhirnya Kalamanda pun bersanding dengan
gadis idamannya itu. Kalamanda menamai alat ciptaannya itu sekenanya saja,
yakni Karinding. Wilayah Cineam ketika itu masih berupa rawa-rawa.
Di lingkungan seperti itu, hidup binatang sawah kakarindingan. Masyarakat di sekitar
pesawahan menyukai binatang itu karena bentuknya lucu. Tentu saja sang gadis
pujaan termasuk yang menyenanginya juga. Dengan spontan, Kalamanda menyebut
alat musik yang dibuatnya dengan Karinding. Para pemuda lalu mengikuti jejak
Kalamanda.
Naah, itulah tadi sekilas tentang karinding. Gmana? makin tertarik
kah teman-teman untuk melestarikan budaya kita? Jangan sampai karinding punah
ya, dan minimal kita harus tahu apa itu karinding. Karena, konon katanya,
karinding itu sudah menjadi koleksi museum di Jepang. Masa jepang tau kita
engga? payah kan? Jadi, tetaplah mupusti seni
tradisi, karena itu adalah ciri pribadi Sajati
*departemen kajian budaya
gentra kaheman 2011, sumber: internet, wikipedia, banyak lah, asal mau nyari. ;;;;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar